Menjemput Suara dari Tapak: GEDSI JET NTB Ajak Media dan Akademisi Tinjau Praktik Transisi Energi Berkeadilan di Desa Pandan Indah

Menjemput Suara dari Tapak: GEDSI JET NTB Ajak Media dan Akademisi Tinjau Praktik Transisi Energi Berkeadilan di Desa Pandan Indah

LOMBOK TENGAH, 10 Desember 2025 – Isu transisi energi sering kali terdengar sebagai narasi elit yang hanya dibahas di ruang-ruang rapat pemerintahan atau konferensi internasional. Namun, realitas sesungguhnya dari perubahan iklim dan kebutuhan energi terjadi di tingkat tapak, di tengah-tengah masyarakat desa. Menyadari hal tersebut, Kelompok Kerja (Pokja) Gender Equality, Disability, and Social Inclusion - Just Energy Transition (GEDSI JET) NTB menggelar kegiatan strategis bertajuk "Media Visit dan Akademisi ke Komunitas" yang dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Desember 2025.

Kegiatan yang berpusat di Sekretariat Sekolah Setara, Desa Pandan Indah, Kabupaten Lombok Tengah ini berlangsung sejak pukul 08.30 hingga 17.00 WITA. Inisiatif ini didukung penuh oleh konsorsium lembaga internasional dan nasional, termasuk Australian Aid, Penabulu Foundation, dan Oxfam, sebagai bagian dari upaya besar mendorong transisi energi yang tidak hanya hijau, tetapi juga adil dan inklusif.

Mengubah Paradigma: Komunitas Sebagai Agen Perubahan

Ketua GEDSI JET NTB, Baiq Dewi Anjani, dalam kerangka acuan kegiatan menegaskan bahwa komunitas memegang peran krusial dalam transisi energi berkeadilan. Selama ini, masyarakat sering kali hanya diposisikan sebagai penerima manfaat pasif (beneficiaries). Namun, melalui program We for JET, paradigma tersebut dibalik. Komunitas didorong untuk menjadi agen perubahan aktif yang terlibat langsung dalam memastikan manfaat dan risiko transisi energi terdistribusi secara adil.

Kunjungan ke Desa Pandan Indah ini bukan sekadar seremonial. Desa ini dipilih karena keberadaan komunitas Sekolah Setara yang dinilai memiliki praktik baik (good practices) dalam mengembangkan solusi lokal untuk energi bersih dan terjangkau. Di tengah tantangan perubahan iklim, komunitas di tingkat tapak seperti di Pandan Indah sering kali memiliki kearifan dan mekanisme pertahanan (resiliensi) yang luput dari pantauan pengambil kebijakan. Oleh karena itu, narasi tentang upaya mereka perlu diamplifikasi.

Sinergi Pentahelix: Kolaborasi Lintas Sektor

Salah satu poin kekuatan utama dari kegiatan ini adalah pelibatan unsur Pentahelix, yang menggabungkan pemerintah, media, akademisi, industri, dan komunitas dalam satu forum kolaboratif. Daftar peserta kegiatan menunjukkan keberagaman latar belakang yang hadir untuk belajar dari komunitas Pandan Indah.

Tercatat sekitar 25 peserta hadir dalam kunjungan ini. Dari kalangan akademisi, hadir perwakilan dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), Universitas Mataram (Unram), Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM), dan Universitas Nahdlatul Wathan (UNW). Kehadiran akademisi ini bertujuan untuk membawa sistem pengetahuan lokal yang ditemukan di masyarakat ke dalam ruang ilmiah, sehingga isu transisi energi berkeadilan memiliki landasan riset yang kuat.

Sementara itu, dari unsur media, Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) mengirimkan perwakilannya dari berbagai outlet berita seperti NTBSatu, RRI Mataram, dan Inside Lombok, ditambah dengan kehadiran komunitas kreatif Lombok Youtuber Community. Peran media di sini sangat vital sebagai alat transportasi komunikasi yang efisien guna menyebarluaskan informasi dari lingkup lokal ke khalayak yang lebih luas secara cepat dan akurat.

Selain itu, berbagai Non-Governmental Organization (NGO) terkemuka di NTB juga turut serta, antara lain Gema Alam, KONSEPSI NTB, SOMASI NTB, Solidaritas Perempuan NTB, dan Yayasan Rumah Energi.

Fokus pada Kelompok Rentan dan Inklusi Sosial

Jantung dari kegiatan ini adalah semangat We for JET yang menekankan pada kepemimpinan perempuan dan pelibatan kelompok rentan. Dalam banyak kasus proyek energi, suara perempuan, penyandang disabilitas, pemuda, dan masyarakat adat sering kali terabaikan atau terpinggirkan dalam narasi transisi energi yang dominan.

Melalui kunjungan lapangan ini, GEDSI JET WG NTB berupaya mengidentifikasi dan mengangkat keterlibatan kelompok-kelompok tersebut. Target jangka panjang dari inisiatif ini sangat ambisius namun terukur: pada tahun 2028, diharapkan perempuan dan kelompok disabilitas di NTB tidak hanya mendapatkan manfaat, tetapi mampu berperan aktif secara penuh dalam transisi energi yang transformatif dan berkelanjutan.

Dalam sesi diskusi informal dan ekspos lapangan yang dipandu oleh moderator Fahrunnisa, para peserta diajak berdialog langsung dengan anggota komunitas Sekolah Setara. Diskusi ini menggali bagaimana perempuan dan kelompok rentan di Desa Pandan Indah beradaptasi dengan tantangan energi dan bagaimana mereka mengembangkan inisiatif mandiri. Hal ini sejalan dengan tujuan kegiatan untuk berbagi pembelajaran dan pengalaman di level tapak.

Rangkaian Kegiatan dan Pembelajaran Lapangan

Agenda kegiatan dimulai dengan pemberangkatan bersama dari Sekretariat GEDSI JET Working Group NTB di Mataram pada pagi hari. Setibanya di lokasi, peserta langsung disambut oleh komunitas Sekolah Setara. Tidak ada sekat formalitas yang kaku; kegiatan didesain cair melalui diskusi informal untuk menggali kedalaman cerita dari warga.

Para akademisi dan jurnalis yang hadir tidak hanya datang untuk meliput atau meneliti, tetapi juga untuk menyusun "catatan pembelajaran". Sesi menyusun catatan hasil kunjungan yang dijadwalkan sebelum istirahat siang menjadi momen refleksi penting, di mana temuan lapangan dirumuskan sebagai umpan balik strategis bagi GEDSI JET Working Group NTB ke depannya.

Sita Saraswati, Fahrunnisa, dan Dwi Arie Santo selaku Penanggung Jawab (PIC) sesi memastikan bahwa interaksi antara tamu dan tuan rumah berjalan produktif. Pertukaran pengetahuan ini diharapkan menghasilkan output berupa peningkatan peluang kolaborasi. Komunitas mendapatkan akses untuk menyuarakan aspirasi mereka lewat media, sementara akademisi mendapatkan data empiris langsung dari lapangan.

Menuju Transisi Energi yang Manusiawi

Kunjungan Media dan Akademisi ke Desa Pandan Indah ini menegaskan bahwa transisi energi bukan melulu soal panel surya, turbin angin, atau regulasi teknis. Di balik infrastruktur fisik, ada manusia-manusia yang harus dipastikan keadilannya.

Nur Janah, selaku Koordinator Provinsi WE for JET dari Yayasan Penabulu, bersama tim sekretariat GEDSI JET WG NTB, merancang kegiatan ini sebagai upaya dokumentasi praktik baik. Dengan dituliskan dan diamplifikasikannya kisah-kisah dari Pandan Indah, diharapkan akan muncul desakan publik dan kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan riil masyarakat (GEDSI responsive).

Kegiatan yang berakhir pada pukul 17.00 WITA ini ditutup dengan perjalanan kembali ke Mataram, membawa serta cerita-cerita baru yang siap disebarluaskan ke publik. Bagi GEDSI JET NTB, ini adalah satu langkah maju dalam ikhtiar panjang memastikan tidak ada satu pun warga NTB yang tertinggal dalam gerbong transisi energi menuju masa depan yang lebih hijau dan berkeadilan.

DOKUMENTASI UNDUH DISINI

Posting Komentar untuk "Menjemput Suara dari Tapak: GEDSI JET NTB Ajak Media dan Akademisi Tinjau Praktik Transisi Energi Berkeadilan di Desa Pandan Indah"